Senin, 22 September 2008

demo Anti Kekerasan Pers Berakhir Ricuh

MAKASSAR, eksepsi - Aksi Demonstrasi mahasiswa tergabung dalam Pers Mahasiswa Anti Kekerasan (Permak) di Polda Sulselbar, Kamis (21/8) kemarin, berakhir ricuh. peristiwa ini dipicu karena tidak ada satupun pihak dari polda sulsel yang menemui para mahasiswa
Aksi yang dilakukan sejumlah elemen pers mahasiswa ini yang terdiri dari Cakrawala UMI, Washillah UIN, Catatan Kaki Unhas, Estetika UNM, Profesi UNM, Medkom UH, Identitas UH, LPMH UH, Gaung UKIP, Ukmm UH, PNUP UH dan Format Stimik Dipanagera, di mulai di halte depan ukip paulus sudiang
Selanjutnya, mereka menuju ke Polda Sulselbar menumpang mobil truk yang kebetulan melintas. Setibanya di depan Polda, mereka pun lalu berorasi di kantor polisi tersebut. Dalam orasinya yang dibacakan jendral Lapangan, irsyan, mereka meminta Kapolda Sulselbar, Irjen Polisi Sisno Adiwinoto MM agar melakukan koordinasi dengan Kapolres Bulukumba sekaitan kekerasan yang melanda wartawan harian koran seputar Indonesia (Sindo) yang betugas di daerah itu atas nama Muhammad Yusuf sebulan lalu.
Pelakunya, kata dia, aparatur pemerintahan yang tak lain adalah Lurah Loka Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba bernama Andi Baso Bintang. Kala itu, korban ingin mencari berita terkait penyaluran beras miskin (raskin) dan garam beriodium.
''Kami mengecam segala bentuk kepada pilar pers. Karena itu sama saja membungkam pilar demokrasi,'' kata mahasiswa Unhas ini.
Selama aksi ini berlangsung, belasan mahasiswa secara bergantian melakukan orasi. Wiwin suwandi menyebut kebebasan informasi harus ditegakkan. ''Kebebasan pers jangan dibungkam. Makanya harus ditegakkan. Kalau hal ini terjadi terus, maka kita kembali ke era ordebaru,'' ujarnya.
Selain itu, mereka juga meminta tiga hal mengenai insiden ini. Pertama, menghentikan intervensi dan intimidasi terhadap pers. Kedua, usut tuntas kasus penganiayaan wartawan Sindo, Muh Yusuf dan menonaktifkan Andi Baso Bintang sebagai aparat negara.
Aksi ini mulai memanas saat mereka ini meminta agar Sisno Adiwinoto untuk menemuinya. Tapi beberapa menit berorasi, tak ada satupun perwakilan yang mau menemuinya. Terpaksa mereka pun berusaha untuk masuk ke dalam kantor Polda Sulselbar yang semula hanya berorasi di luar pagar.
setelah itu para mahasiswa pun berusaha melewati pintu pagar yang tertutup setengah saja dilapisi dengan belasan personel. Akibatnya, aksi dorong dan saling tarik pun tak terhindarkan. Bahkan, beberapa personel menggunakan tubuhnya untuk menghalau para mahasiswa ini.
Salah seorang petugas kepolisian menemui mereka dan menyuruh beberapa perwakilan masuk ke dalam. Tapi ditolak para pendemo ini. menurut slah satu korlap "kami datang bersama oleh karena itu tida ada perwakilan, maka kami masuk semua"
Selain berlangsung ricuh, aksi ini juga di warnai pembagian selebaran selebaran kepada para pengemudi yang melintas di depan mapolda sulsel dan pertunjukan teaterikal dengan cara membakar pernyataan sikapnya sambil melantunkan lagu diiringi gendang dan gitar sebagai simbol matinya demokrasi dan membagikan selebaran selebaran kepada pengemudi yang melintas di depan mapolda sulsel

Tidak ada komentar: